Minggu, 08 Juni 2014

larutan non elektrolit


BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Umumnya reaksi kimia terjadi dalam larutan, antara ion atau molekul yang terlarut dalam air atau pelarut lain. Selain itu, pemanfaatan suatu zat tidak selalu dalam keadaan murni tetapi dilarutkan ke dalam zat lain. Atau ketika memanfaatkan suatu zat maka zat tersebut harus berada dalam media lain atau media dimana zat lain berada. Oleh karena itu sebelum zat dimanfaatkan atau bereaksi dengan zat lain maka perlu dipahami lebih dahulu: (a) sifat-sifat makroskopik keadaan murni masing-masing zat pembentuk larutan, dan (b) apa yang terjadi bila masing-masing zat pembentuk larutan tersebut yang disebut zat terlarut dan pelarut dicampurkan.
Salah satu konsep dasar yang penting untuk memahami ini adalah adanya gaya-gaya atau energi interaksi antarmolekul antara zat terlarut dan pelarut. Salah satu hukum yang menjelaskan gaya-gaya interaksi antarmolekul adalah potensial Lennard-Jones(1). Hasil pencampuran dapat mempengaruhi sifat-sifat zat murni seperti kelarutan, titik didih, dan titik leleh.

Dalam dunia tekstil, larutan sangat berguna pada saat proses persiapan penyempurnaan ataupun proses penyempurnaan tekstil. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai mahasiswa tekstil khususnya mahasiswa jurusan kimia tekstil mengetahui jenis-jenis larutan. Tidak hanya jenisnya saja, sebagai mahasiswa kita harus kritis. Kita harus mengetahui mekanisme yang terjadi pada setiap jenis larutan sehingga larutan tersebut memiliki beberapa sifat yang khas.

B.     Rumusan Masalah

Pada proses kimia, umumnya tidak akan terlepas dari yang namanya larutan. Begitupun dengan proses-proses kimia yang terjadi pada saat pembuatan bahan tekstil. Larutan berperan penting pada saat pembuatan bahan tekstil. Untuk mendapakan hasil bahan tekstil yang diharapkan, tentunya kita harus mengetahui campuran dari larutan yang akan digunakan. Dengan demikian, kita akan mendapatkan bahan tekstil yang unggul.

Salah satu jenis larutan yang digunakan adalah larutan non elektrolit. Mengapa disebut larutan non elektrolit? Bagaimana mekanisme yang terjadi sehingga disebut larutan non elektrolit? Pada saat proses pembuatan bahan tekstil apakah larutan non elektrolit digunakan? Semua pertanyaan tersebut akan kami bahas dalam makalah ini.

C.     Tujuan Penulisan

Tujuannya adalah mengetahui jenis larutan non elektrolit serta pengaplikasikannya dalam dunia tekstil.






BAB II ANALISIS
A.     Definisi Larutan
Gambar 2.1 Proses Pelarutan

Larutan merupakan fase yang setiap hari ada disekitar kita. Suatu  sistem  homogen  yang  mengandung  dua  atau  lebih  zat  yang masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan,  sedangkan  suatu  sistem  yang  heterogen  disebut  campuran. Biasanya istilah larutan dianggap sebagai cairan yang mengandung zat terlarut,  misalnya  padatan  atau  gas  dengan  kata  lain  larutan  tidak hanya terbatas pada cairan saja.
Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat terlarut,  yang  dapat  dipertukarkan  tergantung  jumlahnya.  Pelarut merupakan komponen yang utama yang terdapat dalam jumlah yang banyak,  sedangkan  komponen  minornya  merupakan  zat  terlarut. Larutan  terbentuk  melalui  pencampuran  dua  atau  lebih  zat  murni yang  molekulnya  berinteraksi  langsung  dalam  keadaan  tercampur. Semua gas bersifat dapat bercampur dengan sesamanya, karena itu campuran  gas  adalah  larutan.  Proses  pelarutan  dapat  diilustrasikan seperti Gambar di atas.


B.     Larutan Non Elektrolit

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, hal ini disebabkan karena larutan tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak meng-ion). Yang termasuk dalam larutan non elektrolit antara lain:
·         Larutan urea
Urea adalah senyawa organik yang tersusun dari unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen dengan rumus CON2H4 atau (NH2)2CO.
Urea juga dikenal dengan nama carbamide yang terutama digunakan di kawasan Eropa. Nama lain yang juga sering dipakai adalah carbamide resin, isourea, carbonyl diamide dan carbonyldiamine. Senyawa ini adalah senyawa organik sintesis pertama yang berhasil dibuat dari senyawa anorganik, yang akhirnya meruntuhkan konsep vitalisme.
Urea Synthesis Woehler.png
Gambar 2.2 Skema pembentukan Urea
·         Larutan sukrosa
Sukrosa merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa unit glukosa dan fruktosa, dengan rumus molekul C12H22O11. Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti hewan Penambahan sukrosa dalam media berfungsi sebagai sumber karbon. Sukrosa atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula beet. Unit glukosa dan fruktosa diikat oleh jembatan asetal oksigen dengan orientasi alpha. Struktur ini mudah dikenali karena mengandung enam cincin glukosa dan lima cincin fruktosa. Proses fermentasi sukrosa melibatkan mikroorganisme yang dapat memperoleh energi dari substrat sukrosa dengan melepaskan karbondioksida dan produk samping berupa senyawaan alkohol. Penggunaan ragi (yeast) ini dalam proses fermentasi diduga merupakan proses tertua dalam bioteknologi dan sering disebut dengan zymotechnology. Sukrosa diproduksi sekitar 150 juta ton setiap tahunnya.

·         Larutan glukosa
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan. Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi. Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/64/Glucose_Haworth.png/220px-Glucose_Haworth.png
Gambar 2.3 Gambaran proyeksi Haworth struktur glukosa (α-D-glukopiranosa)
Glukosa (C6H12O6, berat molekul 180.18) adalah heksosa—monosakarida yang mengandung enam atom karbon. Glukosa merupakan aldehida (mengandung gugus -CHO). Lima karbon dan satu oksigennya membentuk cincin yang disebut "cincin piranosa", bentuk paling stabil untuk aldosa berkabon enam. Dalam cincin ini, tiap karbon terikat pada gugus samping hidroksil dan hidrogen kecuali atom kelimanya, yang terikat pada atom karbon keenam di luar cincin, membentuk suatu gugus CH2OH. Struktur cincin ini berada dalam kesetimbangan dengan bentuk yang lebih reaktif, yang proporsinya 0.0026% pada pH 7.
Glukosa merupakan sumber tenaga yang terdapat di mana-mana dalam biologi. Kita dapat menduga alasan mengapa glukosa, dan bukan monosakarida lain seperti fruktosa, begitu banyak digunakan. Glukosa dapat dibentuk dari formaldehida pada keadaan abiotik, sehingga akan mudah tersedia bagi sistem biokimia primitif. Hal yang lebih penting bagi organisme tingkat atas adalah kecenderungan glukosa, dibandingkan dengan gula heksosa lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein. Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang kurang reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan kerusakan saraf periferal (‘’peripheral neuropathy’’), kemungkinan disebabkan oleh glikosilasi protein.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/27/D-glucose-chain-2D-Fischer.png/80px-D-glucose-chain-2D-Fischer.png
Gambar 2.4 Bentuk rantai D-Glukosa
Dalam respirasi, melalui serangkaian reaksi terkatalisis enzim, glukosa teroksidasi hingga akhirnya membentuk karbon dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP. Sebelum digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida.
Glukosa dan fruktosa diikat secara kimiawi menjadi sukrosa. Pati, selulosa, dan glikogen merupakan polimer glukosa umum polisakarida).
Dekstrosa terbentuk akibat larutan D-glukosa berotasi terpolarisasi cahaya ke kanan. Dalam kasus yang sama D-fruktosa disebut "levulosa" karena larutan levulosa berotasi terpolarisasi cahaya ke kiri.

·         Larutan alkohol
alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi.
Dalam kimia, alkohol (atau alkanol) adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen dan/atau atom karbon lain.




  1. Alasan Larutan Nonelektrolit Tidak Dapat Menghantarkan Arus Listrik
Struktur geometri molekul, sangat penting untuk menentukan kepolaran suatu molekul. Molekul dapat membentuk berbagai jenis struktur, dan salah satu diantaranya adalah yang paling stabil, misalnya glukosa. Larutan gula yang merupakan senyawa kovalen nonpolar tdak dapat mengantarkan listrik karena larutan gula tidak dapat terurai menjadi ion-ionnya.
Senyawa kovalen dikatakan non polar jika senyawa tersebut tidak memiliki perbedaan keelektronegatifan. Dengan demikian, pada senyawa yang berikatan kovalen tidak terjadi pengutuban muatan. Ikatan kovalen nonpolar adalah ikatan kovalen yang Pasangan Elektron Ikatannya (PEI) tertarik sama kuat ke arah atom-atom yang berikatan. Senyawa kovalen nonpolar terbentuk antara atom-atom unsur yang mempunyai beda keelektronegatifan nol atau mempunyai momen dipol = 0 (nol) atau mempunyai bentuk molekul simetri.

http://imc.kimia.undip.ac.id/wp-content/uploads/1.6-300x80.jpg
Gambar 2.5 Struktur 3-dimensi segmen polimer selulosa
Berikut adalah struktur geometri molekul NH3, gambar 2.6 , dan interaksi antarmolekul antar NH3, gambar 2.7 , yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
http://imc.kimia.undip.ac.id/wp-content/uploads/1.4-300x217.jpg
Gambar 2.6 Struktur 3-dimensi molekul NH3
http://imc.kimia.undip.ac.id/wp-content/uploads/1.5-300x163.jpg
Gambar 2.7 Struktur 3-dimensi antarmolekul NH3
D.     Perbedaan Larutan Non Elektrolit dengan Larutan Elektrolit
Gambar 2.8 Tabel Perbedaan Larutan Elektrolit dengan Larutan Non-Elektrolit
Gambar 2.9 Reaksi molekul-molekul Larutan Non-Elektrolit, Larutan Elektrolit Kuat, dan Larutan Elektrolit Lemah
E.      Pengaplikasian Larutan Non-Elektrolit Dalam Dunia Tekstil
1.      Penggunaan urea :
·         Bahan anti ciut dalam pembuatan tekstil.
·         Untuk menambah ketuaan warna pada bahan dari kapas pada saat pencelupan zat warna reaktif.
2.      Glikol digunakan untuk pelarut, bahan pelunak, bahan baku industri serat sintetis. Misalnya Dakron.
3.      Gum xanthan biasa dipakai dalam industri sebagai bahan pengental. Senyawa ini banyak diproduksi dengan fermentasi di dalam bioreaktor menggunakan proses kultur tertutup. Glukosa, sukrosa, pati, asam organik, atau hidrolisat molase biasanya digunakan sebagai sumber karbon, sementara hidrolisat kasein, limbah kedelai, dan hidrolisat sel khamir merupakan sumber nitrogen yang biasa digunakan. Untuk menghasilkan produksi gum xanthan yang optimal, sumber karbon biasanya digunakan berlebih, sedangkan sumber nitrogen dibatasi.























BAB III PENUTUP
A.     Simpulan

Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik karena molekul-molekulnya tidak dapat meng-ion. Pada umumnya memiliki ikatan kovalen non-polar. Karena ikatan kovalen non polar memiliki kelektronegatifan sama dengan nol, sehingga molekul-molekulnya tidak mudah mengion. Contoh : laruan urea, larutan glukosa, larutan sukrosa, dan larutan alkohol. Dalam dunia tekstil, larutan non-elektrolit digunakan untuk bahan pengental, pelarut, bahan anti ciut, dan bahan serat sintetis.

B.     Saran

Saran dari penyusun adalah hendaknya kita sebagai mahasiswa tekstil yang kritis mengetahui dan dapat mengaplikasikan larutan non-elektrolit dengan tepat. Tidak hanya teori yang kita ketahui, tetapi dalam praktiknya pun kita dapat menggunakan larutan non-elektrolit dengan secara tepat. Agar menghasilkan bahan tekstil yang sesuai dengan yang diharapkan.


















RUJUKAN INTERNET


Selasa, 03 Juni 2014

praktikum fisdas B-3 Hk. Joule


PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

B - 3
HUKUM JOULE



Tujuan

Menentukan panas yang ditimbulkan oleh arus listrik, tara kalor listrik.

Teori Dasar
  1. Arus listrik menimbulkan panas pada suatu kawat tahanan yang dialirinya, jika kawat tahanan ini dimasukkan dalam zat cair, maka akan terjadi perpindahan panas dari kawat ke zat cair yang keadaannya lebih dingin. Maka banyaknya panas yang ditimbulkan oleh aliran listrik sama dengan jumlah panas yang diisap oleh zat cair bersama tempatnya (kalorimeter). Panas yang ditimbulkan oleh arus listrik adalah:
Q = 0,24 I2 . R . t                                                                  ( 1 )
Dimana:                Q = jumlah panas yang timbul (dalam kalori)
                                I = kuat arus dalam ampere
                                R = tahanan dalam ohm
                                T = waktu dalam detik
Sedangkan panas yang diterima kalorimeter beserta isinya adalah:
Q = H . ( Ta – Tm )                                                 ( 2 )
Dimana:                                H = harga air calorimeter dengan isinya
                                Ta = temperature akhir calorimeter
                                Tm = temperature mula-mula calorimeter
Dari persamaan – persamaan (1) dan (2) maka didapat:
H . ( Ta – Tm ) = 0.24 I2 . R . t                                             ( 3 )
Dari persamaan (3) kecuali dapat dihitung jumlah kalor perampere persekon, dapat juga dihitung tahanan dari kawat pemanas yang digunakan.
  1. Kesalahan utama dalam percobaan ini, terjadi dari pengukuran kuat arus I dan temperatur     ( Ta – Tm ). Kesalahan dalam mengukur massa, tahanan dan waktu dapat diabaikan terhadap ksalahan-kesalahan diatas. Dapat ditambahkan bahwa pengukuran panas antar kalorimeter dengan sekelilingnya selama percobaan berlangsung dapat pula menyebabkan kesalahan-kesalahan. Bila temperatur calorimeter tidak begitu jauh bedanya dengan temperatur ruangan dinyatakan dalam rumus Newton sebagai berikut:
T = - k ( Tc – Tr ) t                                               (4)
Dimana:                                T = kelebihan atau kekurangan temperatur  akibat pengaruh ruangan ( 0C )
                                K = konstanta pertukaran kalor
                                Tc = temperature kalorimeter rata-rata ( 0C )
                                Tr = temperature ruangan rata-rata ( 0C )
                                T = selang waktu lamanya percobaan

Alat – Alat

  1. Kalorimeter dengan pengaduknya
  2. Kawat tahanan (kawat pemanas)
  3. Stopwatch
  4.  Termometer
  5. Amperemeter
  6. Tahanan geser
  7. Kawat penghubung
  8. Gelas ukuran
  9. Batu timbangan, neraca teknis
  10. Penghubung arus
  11. Sumber arus
  12. Slide regulator
Catatan:-    panas jenis Termometer = 0,46 Kal/cc 0C
-          panas jenis Alumunium = 0,217 Kal/gram 0C
-          panas jenis Kuningan = 0,094 Kal/gram 0C

Cara Kerja

Menentukan nilai air kalorimeter (H)
  1. Menimbang kalorimeter kosong dengan neraca teknis
  2. Mengisi kalorimeter dengan air kira-kira setengahnya
  3. Menimbang kalorimeter berisi air
  4. Menimbang pengaduknya
  5. Mengukur volume bagian termometer yang terendam air didalam kalorimeter selama percobaan ini. 
  6.  Percobaan pendahuluan; (menentukan harga k)
    1. Mendinginkan kalorimeter beserta airnya kira-kira 3 0C dibaah temperatur ruangan
    2. Mengamati dan mencatat temperature kalorimeter dan air setiap setengah menit, untuk beberapa menit (pertukaran panas dengan udara skitarnya)
    3. Mencatat keadaan ruang (p, t, c) sebelum dan sesudah tiap percobaan (kalorimeter tetap pada temptnya)


    Percobaan sesungguhnya:
    1. Mengatur tahanan muka Rm, sehingga didapatkan kuat arus yang pantas
    2. Memasukkan kawat spiral kedalam kalorimeter, setelah rangkaian diperiksa oleh asisten
    3. Mengaduk kalorimeter dan menunggu sebentar
    4. Membaca dan mencatat temperatur kalorimeter dengan seksama sebelum ada arus listrik
    5. Mengalirkan arus listrik dan mengaduk kalorimeter setiap saat
    6. Membaca dan mencatat kuat arus serta temperatur kalorimeter setiap setengah menit
    7. Mencatat temperatur ruang selama percobaan ini
    8. Jangan lupa mengaduk kalorimeter perlahan-lahan dan teratur (periodik)
    9. Menghentikan arus jika temperatur kalorimeter telah naik kira-kira 5 0C

    Percobaan akhir (menentukan harga k lagi)
    1. mencatat temperatur kalorimeter setiap setengah menit selama beberapa menit (kalorimeter tetap didalam)
    2. Jangan lupa mengaduk perlahan-lahan setiap saat
    3. Pada akhir mencatat temperatur ruangan sekali lagi

    Pengulangan dan peneraan:
    1. Mengulangi percobaan 11 s/d 19 (22) dengan kuat arus yang berlainan
    2. Memeriksa setiap kuat arus yang dipakai dengan alat presisi
    3. Mengukur beda tegangan antra kedua ujung tahanan a dan b untuk setiap harga I
    4. mengukur pula tegangan sumber arus.
    Catatan: Nilai air termometer adalah 0,46 cal/cc 0C

    Data Percobaan


    Kondisi Ruangan

    Awal Percobaan
    Akhir Percobaan
    Satuan
    1. Temperatur
    28,0 ±  0,50
    27,0 ± 0,50
    0C
    2. Kelembaban
    63,0 ±  0,50
    66,0 ± 0,50
    %
    3. Tekanan Udara
    74,8 ±  0,01
    74,8 ± 0,01
    CmHg

    Benda
    Massa
    Kalorimeter kosong
    564 ± 0,01 g
    Kalorimeter berisi air
    734 ± 0,01 g
    Pengaduk
    20 ± 0,01 g
    Volume bagian termomter yang terendam air
    2 ± 0,01 ml




                   

    Beda tegangan kedua ujung tahanan a dan b:
    1 Ampere = 2 V , 3V
    2 Ampere = 3,1 V, 3,2 V
    3 Ampere = 413 V , 5 V
    Tanpa Arus
    Arus 0,5 A
    Arus 1 A
    Arus 1,5 A
    Arus 2 A
    Arus 2,5 A
    t0
    28 ±  0,5
    28 ±  0,5
    28 ±  0,5
    29 ±  0,5
    30 ±  0,5
    31.8 ±  0,5
    1
    28 ±  0,5
    28 ±  0,5
    28 ±  0,5
    29 ±  0,5
    30 ±  0,5
    32.1 ±  0,5
    2
    28 ±  0,5
    28 ±  0,5
    28 ±  0,5
    29,5 ±  0,5
    31 ±  0,5
    32.1 ±  0,5
    3
    28 ±  0,5
    28 ±  0,5
    28 ±  0,5
    29,5 ±  0,5
    31 ±  0,5
    32.1 ±  0,5
    4
    28 ±  0,5
    28 ±  0,5
    28 ±  0,5
    29,5 ±  0,5
    31.5 ±  0,5
    33 ±  0,5
    5
    28 ±  0,5
    28 ±  0,5
    28 ±  0,5
    30 ±  0,5
    31.8 ±  0,5
    -



     

     

     

     

     

    Pertanyaan dan Jawaban

    1. Buatlah grafik antara temperatur terhadap waktu untuk tiap-tiap percobaan











































    1. Hitunglah perubahan temperatur Ta-Tm pada rumus (2) dari grafik diatas
    Grafik 1                                                                                 Grafik 2
    Tm = (28 ±  0,5) 0C                                                              Tm = (28 Tm = (28 ±  0,5) 0C                                           
    Ta = (28 ±  0,5) 0C                                                               Ta = (28 ±  0,5) 0C
    Ta – Tm = 28 – 28 = (0 ±  0,5) 0C                                     Ta – Tm = 28 – 28 = (0 ±  0,5) 0C

    Grafik 3                                                                                 Grafik 4
    Tm = (28 ±  0,5) 0C                                                              Tm = (29 ±  0,5) 0C                                             
    Ta = (28 ±  0,5) 0C                                                               Ta = (30 ±  0,5) 0C
    Ta – Tm = 28 – 28 = (0 ±  0,5) 0C                                     Ta – Tm = 30 – 28 = (2 ±  0,5) 0C

    Grafik 5                                                                                 Grafik 6
    Tm = (30 ±  0,5) 0C                                                              Tm = (31.8 ±  0,5) 0C                                         
    Ta = (31,8 ±  0,5) 0C                                                            Ta = (33 ±  0,5) 0C
    Ta – Tm = 30 – 31.8 = (1.8 ±  0,5) 0C                              Ta – Tm = 33 – 31.8 = (1.8 ±  0,5) 0C

    1. Perlukah koreksi Newton diadakan?
    Perlu diadakan karena dinding kalorimeter bukan dinding yang adiabans yaitu dinding yang sama sekali menghantarkan panas, sehingga panas dari dalam dapat keluar atau panas dari luar dapat masuk kedalam. Dan T yang didapatpun bukan yang sebenarnya, jadi sebenarnya harus dikoreksi kembali.
    T = - k ( Tc – Tr ) t                                              
    Dimana:                                T = kelebihan atau kekurangan temperatur  akibat pengaruh ruangan ( 0C )
                                    K = konstanta pertukaran kalor
                                    Tc = temperature kalorimeter rata-rata ( 0C )
                                    Tr = temperature ruangan rata-rata ( 0C )
                                    T = selang waktu lamanya percobaan
    1. Hitunglah Q dengan memakai rumus (2)
    Q = H . ( Ta – Tm )                                                
    Dimana:                                H = harga air calorimeter dengan isinya
                                        = kalorimeter + air + pengaduk + termometer yang tercelup
                                    Ta = temperature akhir calorimeter
                                    Tm = temperature mula-mula calorimeter

    -          panas jenis Termometer = 0,46 Kal/cc 0C
    -          panas jenis Alumunium = 0,217 Kal/gram 0C
    -          panas jenis Kuningan = 0,094 Kal/gram 0C
    -           
    Htot = Hk + Ha + Hp + HT
    Hk          = mk . Ck              = 564 . 0,21           = 71.628
    Ha          = ma . Ca              = 1 . 0,1217           = 0,217
    Hp          = mp . Cp              = 20 . 0,094           = 1.88
    HT           = VT . CT                = 2 x 0,46              = 0,92
    Htotal        = 74,65 kal / 0C

    Q = Htot (Ta – Tm)
    Q1 = 74,65 (28 – 28) = 0                                                    Q4 = 74,65 (30 – 29) = 74.65 kalori
    Q2 = 74,65 (28 – 28) = 0                                                    Q5 = 74,65 (31.8 – 30) = 134.37 kalori
    Q3 = 74,65 (28 – 28) = 0                                                    Q6 = 74,65 (33 – 31.8) = 89.58kalori

                6. Hitunglah q dengan rumus (1) (Q dalam Joule)
    Q1 = I2 . R . t = (1)2 . 2 . 300                = 600 Joule           Q4 = I2 . R . t = (2)2 . 1.6 . 300             = 1920 Joule
    Q2 = I2 . R . t = (1)2 . 3 . 300                = 900 Joule           Q5 = I2 . R . t = (3)2 . 1.43 . 300          = 3861 Joule
    Q3 = I2 . R . t = (2)2 . 1.55 . 300          = 1860 Joule         Q6 = I2 . R . t = (3)2 . 1.66 . 300          = 4482 Joule
     7. Hitunglah Q dengan rumus (1) (Q dalam kalori)
    Q1 = 0,24 I2 . R . t = 0,24 x 600          = 144 kal               Q4 = 0,24 I2 . R . t = 0,24 x 1920       = 460.8 kal
    Q2 = 0,24 I2 . R . t = 0,24 x 900          = 216kal                                Q5 = 0,24 I2 . R . t = 0,24 x 3861       = 926.64 kal
    Q3 = 0,24 I2 . R . t = 0,24 x 1860       = 446.4 kal            Q6 = 0,24 I2 . R . t = 0,24 x 4482       = 1075.68 kal
    9. Bandingkan Q hasil pertanyaan no.4 dengan pertanyaan no.7. berilah penjelasan.
    Hasil no.4                                                                              Hasil no.7
    Q1 = 0                                                                                    Q1            = 144 kal
    Q2 = 0                                                                                    Q2            = 216kal
    Q3 = 0                                                                                    Q3            = 446.4 kal
    Q4 = (74.65 ± 373.25) kalori                                             Q4            = 460.8 kal
    Q5 = (134.37 ± 671.85) kalori                                           Q5            = 926.64 kal
    Q6 = (89.58 ± 447.9) kalori                                               Q6            = 1075.68 kal
                                   
    Hasil perhitungan dari dua nomor tersebut perbedaannya sangat jauh karena terjadinya banyak faktor kesalahan dalam percobaan ini.

    Diskusi

    Dalam percoban ini kami sedikit sulit untuk merangkai alat yang disebabkan karena kurangmya keterampilan dalam merangkai alat-alat listrik maupun keterbatasan alat yang disediakan. Dan kebetulan pada saat kelompok kami yang menggunakan alat, ternyata sumber arus DC tidak berfungsi dengan baik atau tidak mau menyala sehingga percobaan ini sedikit terhambat. Oleh karena itu kami melakukan percobaan dengan cara memakai satu rangkaian dengan alat yang sama, sehingga hasilnya kurang efektif kerja masing-masing orang dalam satu kelompok ini.
    Selain itu dalam percobaan ini kemungkinan besar saat melakukan pengocokan tidak konstan karena kami melakukannya bergantian sehingga kocokannya berbeda-beda dan akibatnya data hasil percobaan kurang maksimal.

    Kesimpulan

    Dari data percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa:
    1. Pada penggunaan arus 0 ampere, suhu air tidak berubah karena aliran arus tidak ada.
    2. pada penggunaan arus 0,5 ampere, suhu masih tidak berubah atau konstan karena aliran arus dalam air mengalir secara perlahan
    3. Pada penggunaan arus 1 ampere, suhu air pada kalorimeter masih konstan
    4. Pada penggunan arus 1,5 ampere, suhu air dalam kalorimeter naik satu derjat Celsius dan setelah tiga menit suhunya naik satu derajat lagi.
    5. Pada penggunan arus 2 dan 2,5 ampere, suhu air dalam kaaorimeter semkin naik sampai pada akhirnya suhu naik 5 0C dari suhu awal saat penggunaan arus 0 ampere.

    Daftar Pustaka

    - Pedoman Praktikum Fisika Dasar, Mekanika, Panas, Bunyi. Bandung; STT Tekstil. 2004.
    - Padri, I Made; Fisika Dasar 1. FPMIPA IKIP Bandung, Bandung. 1992.