I.
PENDAHULUAN
1.1 Maksud
dan Tujuan
·
Praktikan dapat
mengetahui dan memahami percobaan titrasi yodometri untuk menetapkan kadar NaBO3.4H2O.
·
Praktikan dapat
mengetahui dan memahami percobaan titrasi permanganometri untuk menentukan
kadar NaNO2.
·
Praktikan dapat mengetahui
dan memahami percobaan titrasi yodometri untuk menentukan kadar clor aktif dari
larutan hipoklorit (NaOCl) dan larutan kaporit (CaOCl2).
1.2 Dasar
Teori
1.2.1
Titrasi Iodometri
Titrasi iodometri adalah salah satu
titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi iodometri termasuk jenis titrasi
tidak langsung yang dapat digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang
mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida
atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti
CuSO4.5H2O
Berbeda dengan titrasi iodimetri
yang mereaksikan sample dengan iodium (langsung), maka pada iodometri, sampel
yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida (KI) berlebihan dan akan
menghasilkan iodium (I2) yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium
thiosulfat (Na2S2O3). Banyaknya volume Natrium Thiosulfat yang digunakan
sebagai titran setara dengan banyaknya sampel.
Contoh reaksi dengan Cu2+:
2 Cu 2+ + 4I- à
2CuI + I2
I2 + 2S2O32- à2I- + S4O62-
Perhatian
Pada titrasi iodometri perlu
diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih kecil dari 8 karena
dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi dengan hidroksida membentuk
iodida dan hipoiodit dan selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodat yang akan
mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga reaksi berjalan tidak
kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan oksidasi
potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial yang lemah sehingga direduksi
sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH yang tepat dari larutan maka dapat
diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau reduksi dari senyawa.
Indikator yang digunakan dalam
titrasi ini adalah amylum. Amylum tidak mudah larut dalam air serta tidak
stabil dalam suspensi dengan air, membentuk kompleks yang sukar larut dalam air
bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal
titrasi. Penambahan amylum ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat
dan dapat menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi
ditandai dengan terjadinya hilangnya warna biru dari larutan menjadi bening.
1.2.2
Permanganometri
Permanganometri
merupakan proses titrasi berdasarkan reaksi oksidasi-reduksi. Dalam metode ini
KMnO4 digunakan sebagai larutan standar, ia dapat berlaku sebagai
indikatonya sendiri, jadi tidak dibutuhkan indicator. Dimana titik akhir
ditandai dengan terbentuknya larutan kompleks ungu yang tidak berubah selama
beberapa menit.
Prinsip
penetapan
Larutan
zat uji diasamkan dengan Asam sulfat encer lalu dititrasi denggan larutan
baku kalium permanganat sampai tepat warna pink atau ungu muda yang idak hilang
selama 30 detik.
Pada
titk akhir : mgrek zat uji
=mgrek
KMnO4
Asam
yang digunakan adalah H2SO4 (asam sulfat) encer, tidak
boleh HCl encer karena akan teroksidasi menjasi Cl2 . tidak boleh
As.Nitrat karena juga bersifat oksidator.
Larutan
KMnO4 1N adalah suatu larutan yang setiap liternya mengandung
1/5 gmol KMnO4, jika dipergunakan dalam lingkungan asam. Sebelum
digunakan KMnO4 harus distandarisasi terlebih dahulu, untuk
menstadarisaisi larutan KMnO4 ini dipergunakan zat reduktor seperti asam
oksalat (H2C2O4), natrium oksalat (NaC2O4)
kalium tetra oksalat (KHC2O4) dan lai-lain.
KMnO4
standar dapat dipergunakan dalam 3 jenis titrasi, yaitu :
1.
Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi langsung kation-kation atau
ion-ion yang dapat dioksidasi. Zat-zat tersebut antara lain, adalah :
Zat
dioksidasi menjadi
Fe
2 +
------------------------------> Fe 3 +
Sn
2 +
------------------------------> Sn 4 +
C2O4
2 –
------------------------------> CO3 -
SO3
------------------------------> SO4 2 -
H2O2
------------------------------>
O2
Mo3+
------------------------------> MoO4-
2.
Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi tidak langsung zat-zat yang dapat
direduksi (oksidator). Didalm tiap-tiap penetuan, sejumlah tertentu reduktor
(seperti garam ferro atau oksalat) ditambahkan kepada larutan oksidator yang
akan dianalisa, stelah reduksi smpurna, kelebihan reduktor dititrasi dengan
KMnO4 standar , beberapa zat yang dapat ditentukan dengan cara ini
adalah sebagai berikut :
Zat
dioksidasi
menjadi
MnO4
-
------------------------------>
Mn +2
MnO2;Mn3O4
------------------------------>
Mn 2 +
PbO2;
PbO3;PbO4
------------------------------> Pb 2 +
3.
Dipergunakan dalam suasana netral atau basa untuk menitrasi beberapa zat. Dalam
hal ini permanganate direduksi menjadi MnO2 yang berbentuk
endapan , larutan KMnO4 (1 N adalah suatu larutan yang setiap
liternya mengandung 1/gmol KMnO4). Beberapa zat yang dapat
ditentukan dengan cara ini adalah :
Zat
dioksidasi menjadi
Mn
2 +
------------------------------> MnO2 2 +
II.
PERCOBAAN
2.1 Percobaan
Ke-2 Penetapan Kadar NaNO2 Cara Oksidimetri
2.1.1
Maksud dan Tujuan
Agar praktikan dapat menentukan
kadar NaNO2
2.1.2
Alat dan Bahan
Alat
:
·
Buret
·
Pipet tetes
·
Erlenmeyer
·
Neraca
·
Labu ukur
Bahan
:
·
Larutan kalium
permanganat 0,1 N
·
Larutan Asam Sulfat
2.1.3
Cara Kerja
1. Menimbang
teliti 500 mg NaNO2.
2. Melarutankan
500 mg NaNO2 ke dalam labu ukur 100 ml sampai tanda batas.
3. Mengocok
larutan hingga homogen, lalu dimasukkan ke dalam buret.
4. Memipet
25 ml KMnO4 0,1 N ke dalam erlenmeyer.
5. Mengasamkan
larutan dengan 20 ml H2SO4 4 N.
6. Memanaskan
larutan hingga suhu 40o C, lalu menitrasi larutan dengan NaNO2
hingga tidak berwarna.
2.1.4
Data Percobaan
Titrasi ke-
|
Vakhir
|
Vawal
|
Vakhir - Vawal
|
1
|
20,2 ml
|
0 ml
|
20,2 ml
|
2
|
33,2 ml
|
12,9 ml
|
20,3 ml
|
Rata-rata
|
= 20,25 ml
|
BM
NaNO2 = 69
BE
NaNO2 = 69/2 = 34,5
2.1.5
Perhitungan
N
NaNO3 =
=
=
0,1234 N
Kadar
NaNO2 =
x
100%
=
x
100%
=
x
100%
=
0,8515 x 100%
=
85,15%
2.1.6
Kesimpulan
Dari
percobaan diatas, didapatkan kadar NaNO2 sebesar 85,15%.
2.2 Percobaan
ke-3 Penetapan Kadar Clor Aktif dari Larutan Hipoklorit (NaOCl)
2.2.1
Maksud dan Tujuan
Untuk
menetapkan kadar clor aktif dari larutan hipoklorit.
2.2.2
Alat dan Bahan
Alat
:
·
Erlenmeyer 250 ml
·
Pipet volume 10 ml dan
25 ml
·
Labu ukur 100 ml
·
Buret 50 ml
Bahan/pereaksi
:
·
Larutan contoh NaOCl 2%
·
Larutan Na2S2O3
0,1000 N
·
Larutan H2SO4
4,0000 N
·
Larutan KI 10%
·
Indikator kanji 0,5%
2.2.3
Cara Kerja
1. Memipet
larutan contoh ke dalam labu ukur, lalu mengencerkannya sampai tanda batas.
2. Memipet
25 ml larutan ke dalam erlenmeyer.
3. Mengasamkan
larutan dengan 10 ml H2SO4 4,0000 N, lalu menambahkan 10
ml KI 10% ke dalam larutan.
4. Menitrasi
larutan dengan larutan tiosulfat 0,1000 N hingga berwarna kuning muda, lalu
membubuhi 2-3 tetes indikator kanji 0,5%.
5. Menitrasi
larutan hingga larutan tidak berwarna.
2.2.4
Data Percobaan
Titrasi ke-
|
Vakhir
|
Vawal
|
Vakhir - Vawal
|
1
|
1,80 ml
|
0,00 ml
|
1,80 ml
|
2
|
3,60 ml
|
1,80 ml
|
1,80 ml
|
Rata-rata
|
= 1,80 ml
|
BM
Cl2 = 71
BE
Cl2 = 71/2 = 35,5
2.2.5
Perhitungan
Kadar
Cl2 = Ntio x Vtio x BE Cl2 x
x
=
0,1 x 1,8 x 35,5 x 100 x 4
=
2556 mg/L
=
2,556 g/L
2.2.6
Kesimpulan
Dari percobaan diatas, didapatkan
kadar Cl2 sebesar 2,556 g/L.
2.3 Percobaan
ke-4 Penetapan Kadar Clor Aktif dari Larutan Kaporit (CaOCl2)
2.3.1
Maksud dan Tujuan
Untuk
menetapkan kadar clor aktif dari larutan kaporit (CaOCl2)
2.3.2
Alat dan Bahan
Alat
:
·
Erlenmeyer 250 ml
·
Pipet volume 10 dan 25
ml
·
Labu ukur 100 ml
·
Buret 50 ml
Bahan/pereaksi
:
·
Larutan CaOCl2
·
Larutan Na2SO4
0,1000 N
·
Larutan H2SO4
4,0000 N
·
Larutan KI 10%
·
Indikator kanji 0,5%
2.3.3
Cara Kerja
1. Memipet
10 ml arutan contoh ke dalam labu ukur 100 ml, mengencerkan larutan sampai
tanda batas.
2. Memasukkan
larutan tiosulfat 0,1000 N sampai memimpit digaris nol.
3. Memipet
25 ml larutan ke dalam erlenmeyer, mengasamkannya dengan 10ml larutan H2SO4
4,0000 N, kemudian memasukkan 10 ml KI 10% ke dalamnya.
4. Menitrasi
larutan dengan larutan tiosulfat 0,1000 N sampai berwarna kuning muda, lalu
membubuhi 2-4 tetes indikator kanji 0,5% ke dalam larutan.
5. Menitrasi
larutan sampai larutan tidak berwarna.
2.3.4
Data Percobaan
Titrasi ke-
|
Vakhir
|
Vawal
|
Vakhir - Vawal
|
1
|
8,50 ml
|
0,00 ml
|
8,50 ml
|
2
|
11,90 ml
|
3,50 ml
|
8,40 ml
|
Rata-rata
|
= 8,45 ml
|
BM
Cl2 = 71
BE
Cl2 = 71/2 = 35,5
2.3.5
Perhitungan
Kadar
Cl2 = Vtio x Ntio x BE Cl2 x P
=
8,45 x 0,1000 x 35,5 x
x
=
8,45 x 3,55 x 400
=
11999 mg/L
=
11,99 g/L
Kadar
Cl2 (%) =
x
100%
=
1,199% ~ 1,2%
2.3.6
Kesimpulan
Dari
percobaan diatas, didapatkan kadar Cl2 sebesar 11,99 g/L atau
1,199%.
2.4 Percobaan
ke-1 penetapan kadar NaBO3.4H2O cara yodometri
2.4.1
Maksud dan Tujuan
Untuk menetapkan kadar NaBO3.4H2O
dengan cara yodometri.
2.4.2
Alat dan Bahan
Alat
:
·
Erlenmeyer 250 ml
·
Pipet volume 10 dan 25
ml
·
Labu ukur 100 ml
·
Buret 50 ml
Bahan/pereaksi
:
·
Larutan Na2SO3
0,1000 N
·
Larutan H2SO4
4,0000 N
·
Larutan KI 10%
·
Indikator kanji 0,5%
·
Indikator ammonium
molibdat 4%
2.4.3
Cara Kerja
1. Memasukkan
10 ml KI 10% dan 10 ml H2SO4 N ke dalam Erlenmeyer.
2. Menimbang
teliti 100 mg contoh NaBO3 lalu memasukkannya ke dalam Erlenmeyer
tadi sambil dibilas dengan air suling. Membubuhi 4-5 tetes ammonium molibdat
4%.
3. Menitar
larutan dengan larutan Na2S2O3 0,1000 N hingga
menjadi warna kuning muda, lalu ditambahkan 2-3 tetes kani 0,5% hingga
terbentuk larutan berwarna biru.
4. Menitrasi
larutan hingga larutan tidak berwarna.
2.4.4
Data Perboaan
Percobaan ke-
|
I
|
II
|
Vakhir
|
2,50 ml
|
3,90 ml
|
Vawal
|
3.90 ml
|
5,20 ml
|
Jumlah
|
1,40 ml
|
1,30 ml
|
Rata-rata
|
= 1,35 ml
|
Perhitungan
Na = 23
O = 18
B = 5
BM NaBO3 = 82
BE NaBO3 = 82/2 = 41
P =
= 10
Kadar NaBO3 =
x 100 %
Kadar NaBO3 =
x 100 %
Kadar NaBO3 = 55,35 %
2.4.5
Kesimpulan
Jadi, dari hasil percobaan
didapatkan kadar NaBO3 adalah 55,35 %.
III.
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ke-2, praktikan
dapat menentukan kadar NaNO2. Dalam dunia pertekstilan NaNO2
berguna sebagai obat pembantu yang diperlukan dalam pewarnaan dengan zat warna
indigosol. Zat warna indigosol adalah jenis zat warna Bejana yang larut dalam
air. NaNO2 disini sebagai oksidator, maka dari itu percobaan ini
disebut sebagai titrasi oksidimetri.
Pada percobaan ke-3, praktikan
dapat menentukan kadar clor aktif dari larutan hipoklorit (NaOCl). Dalam dunia
pertekstilan, clor berguna untuk memecah molekul organis seperti warna. NaOCl
sendiri dalam dunia pertekstilanberguna sebagai zat pengelantang untuk serat
selulosa. Sementara ada percobaan ke-4, praktikan dapat menentukan kadar clor
aktif juga dari larutan kaporit (CaOCl2). CaOCl2 sendiri
dalam dunia pertekstilan bergna sebagai bahan pengeras pada proses pencucian
selulosa dan kertas.
IV.
KESIMPULAN
Dari percobaan ke-2 didapatkan
kadar NaOCl sebesar 85,15%. Dari percobaan ke-3 didapatkan kadar Cl2 sebesar 2,556 g/L. Dari percobaan ke-4 didapatkan
kadar Cl2 sebesar 11,99 g/L atau 1,199%. Sementara pada percobaan
ke-1 didapatkan kadar NaBO3 adalah 55,35 %.
V.
DAFTAR PUSTAKA
“Penuntun Praktikum Kimia Umum II
Semester II”. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung.
karim A.dkk. 2001. ILMU KIMIA
Jilid III. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Syukri S. 1999. “Kimia
Dasar”.ITB.Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar