Minggu, 01 Juni 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA UMUM 2 #1



I.                    PENDAHULUAN
1.1  Maksud dan Tujuan
·         Praktikan dapat mengetahui dan memahami percobaan titrasi yodometri untuk menetapkan kadar NaBO3.4H2O.
·         Praktikan dapat mengetahui dan memahami percobaan titrasi permanganometri untuk menentukan kadar NaNO2.
·         Praktikan dapat mengetahui dan memahami percobaan titrasi yodometri untuk menentukan kadar clor aktif dari larutan hipoklorit (NaOCl) dan larutan kaporit (CaOCl2).
1.2  Dasar Teori
1.2.1        Titrasi Iodometri
Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium. Titrasi iodometri termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk menetapkan senyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti
CuSO4.5H2O

Berbeda dengan titrasi iodimetri yang mereaksikan sample dengan iodium (langsung), maka pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan kalium iodida (KI) berlebihan dan akan menghasilkan iodium (I2) yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat (Na2S2O3). Banyaknya volume Natrium Thiosulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan banyaknya sampel.

Contoh reaksi dengan Cu2+:

2 Cu 2+ + 4Ià 2CuI + I2

I+ 2S2O32- à2I- + S4O62-



Perhatian
Pada titrasi iodometri perlu diawasi pHnya. Larutan harus dijaga supaya pHnya lebih kecil dari 8 karena dalam lingkungan yang alkalis iodium bereaksi dengan hidroksida membentuk iodida dan hipoiodit dan selanjutnya terurai menjadi iodida dan iodat yang akan mengoksidasi tiosulfat menjadi sulfat, sehingga reaksi berjalan tidak kuantitatif. Adanya konsentrasi asam yang kuat dapat menaikkan oksidasi potensial anion yang mempunyai oksidasi potensial yang lemah sehingga direduksi sempurna oleh iodida. Dengan pengaturan pH yang tepat dari larutan maka dapat diatur jalannya reaksi dalam oksidasi atau reduksi dari senyawa.

Indikator yang digunakan dalam titrasi ini adalah amylum. Amylum tidak mudah larut dalam air serta tidak stabil dalam suspensi dengan air, membentuk kompleks yang sukar larut dalam air bila bereaksi dengan iodium, sehingga tidak boleh ditambahkan pada awal titrasi. Penambahan amylum ditambahkan pada saat larutan berwarna kuning pucat dan dapat menimbulkan titik akhir titrasi yang tiba-tiba. Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya hilangnya warna biru dari larutan menjadi bening.
1.2.2        Permanganometri
Permanganometri merupakan proses titrasi berdasarkan reaksi oksidasi-reduksi. Dalam metode ini KMnO4 digunakan sebagai larutan standar, ia dapat berlaku sebagai indikatonya sendiri, jadi tidak dibutuhkan indicator. Dimana titik akhir ditandai dengan terbentuknya larutan kompleks ungu yang tidak berubah selama beberapa menit.
Prinsip penetapan
Larutan zat uji diasamkan dengan  Asam sulfat encer lalu dititrasi denggan larutan baku kalium permanganat sampai tepat warna pink atau ungu muda yang idak hilang selama 30 detik.
Pada titk akhir : mgrek zat uji
=mgrek KMnO4
Asam yang digunakan adalah H2SO4 (asam sulfat) encer, tidak boleh HCl encer karena akan teroksidasi menjasi Cl2 . tidak boleh As.Nitrat karena juga bersifat oksidator.
 Larutan KMnO4  1N adalah suatu larutan yang setiap liternya mengandung 1/5 gmol KMnO4, jika dipergunakan dalam lingkungan asam. Sebelum digunakan KMnO4  harus distandarisasi terlebih dahulu, untuk menstadarisaisi larutan KMnO4 ini dipergunakan zat reduktor seperti asam oksalat (H2C2O4), natrium oksalat (NaC2O4) kalium tetra oksalat (KHC2O4) dan lai-lain.
KMnO4 standar dapat dipergunakan dalam 3 jenis titrasi, yaitu :
1.       Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi langsung kation-kation atau ion-ion yang dapat dioksidasi. Zat-zat tersebut antara lain, adalah :
Zat                  dioksidasi menjadi
Fe 2 +            ------------------------------>  Fe 3 +
Sn 2 +            ------------------------------>  Sn 4 +
C2O4 2 –       ------------------------------>  CO3 -
SO3                 ------------------------------>  SO4 2 -
H2O2         ------------------------------>  O2
Mo3+             ------------------------------>  MoO4-
2.       Dipergunakan dalam suasana asam untuk titrasi tidak langsung zat-zat yang dapat direduksi (oksidator). Didalm tiap-tiap penetuan, sejumlah tertentu reduktor (seperti garam ferro atau oksalat) ditambahkan kepada larutan oksidator yang akan dianalisa, stelah reduksi smpurna, kelebihan reduktor dititrasi dengan KMnO4 standar , beberapa zat yang dapat ditentukan dengan cara ini adalah sebagai berikut :
Zat                                      dioksidasi menjadi
MnO4                                          ------------------------------>  Mn +2
MnO2;Mn3O4                         ------------------------------>  Mn 2 +
PbO2; PbO3;PbO4              ------------------------------>  Pb 2 +
3.       Dipergunakan dalam suasana netral atau basa untuk menitrasi beberapa zat. Dalam hal ini permanganate direduksi menjadi MnO2  yang berbentuk endapan , larutan KMnO4 (1 N adalah suatu larutan yang setiap liternya mengandung 1/gmol KMnO4). Beberapa zat yang dapat ditentukan dengan cara ini adalah :
Zat                  dioksidasi menjadi
Mn 2 +            ------------------------------>  MnO2 2 +















II.                  PERCOBAAN
2.1  Percobaan Ke-2 Penetapan Kadar NaNO2 Cara Oksidimetri
2.1.1        Maksud dan Tujuan
Agar praktikan dapat menentukan kadar NaNO2
2.1.2        Alat dan Bahan
Alat :
·         Buret
·         Pipet tetes
·         Erlenmeyer
·         Neraca
·         Labu ukur
Bahan :
·         Larutan kalium permanganat 0,1 N
·         Larutan Asam Sulfat
2.1.3        Cara Kerja
1.      Menimbang teliti 500 mg NaNO2.
2.      Melarutankan 500 mg NaNO2 ke dalam labu ukur 100 ml sampai tanda batas.
3.      Mengocok larutan hingga homogen, lalu dimasukkan ke dalam buret.
4.      Memipet 25 ml KMnO4 0,1 N ke dalam erlenmeyer.
5.      Mengasamkan larutan dengan 20 ml H2SO4 4 N.
6.      Memanaskan larutan hingga suhu 40o C, lalu menitrasi larutan dengan NaNO2 hingga tidak berwarna.
2.1.4        Data Percobaan
Titrasi ke-
Vakhir
Vawal
Vakhir - Vawal
1
20,2 ml
0 ml
20,2 ml
2
33,2 ml
12,9 ml
20,3 ml
Rata-rata
= 20,25 ml

BM NaNO2 = 69
BE NaNO2 = 69/2 = 34,5
2.1.5        Perhitungan
N NaNO3 =
=
= 0,1234 N
Kadar NaNO2  =  x 100%
=  x 100%
=  x 100%
= 0,8515 x 100%
= 85,15%
2.1.6        Kesimpulan
Dari percobaan diatas, didapatkan kadar NaNO2 sebesar 85,15%.
2.2  Percobaan ke-3 Penetapan Kadar Clor Aktif dari Larutan Hipoklorit (NaOCl)
2.2.1        Maksud dan Tujuan
Untuk menetapkan kadar clor aktif dari larutan hipoklorit.
2.2.2        Alat dan Bahan
Alat :
·         Erlenmeyer 250 ml
·         Pipet volume 10 ml dan 25 ml
·         Labu ukur 100 ml
·         Buret 50 ml
Bahan/pereaksi :
·         Larutan contoh NaOCl 2%
·         Larutan Na2S2O3 0,1000 N
·         Larutan H2SO4 4,0000 N
·         Larutan KI 10%
·         Indikator kanji 0,5%
2.2.3        Cara Kerja
1.      Memipet larutan contoh ke dalam labu ukur, lalu mengencerkannya sampai tanda batas.
2.      Memipet 25 ml larutan ke dalam erlenmeyer.
3.      Mengasamkan larutan dengan 10 ml H2SO4 4,0000 N, lalu menambahkan 10 ml KI 10% ke dalam larutan.
4.      Menitrasi larutan dengan larutan tiosulfat 0,1000 N hingga berwarna kuning muda, lalu membubuhi 2-3 tetes indikator kanji 0,5%.
5.      Menitrasi larutan hingga larutan tidak berwarna.
2.2.4        Data Percobaan
Titrasi ke-
Vakhir
Vawal
Vakhir - Vawal
1
1,80 ml
0,00 ml
1,80 ml
2
3,60 ml
1,80 ml
1,80 ml
Rata-rata
= 1,80 ml

BM Cl2 = 71
BE Cl2 = 71/2 = 35,5
2.2.5        Perhitungan
Kadar Cl2 = Ntio x Vtio x BE Cl2 x  x
= 0,1 x 1,8 x 35,5 x 100 x 4
= 2556 mg/L
= 2,556 g/L
2.2.6        Kesimpulan
Dari percobaan diatas, didapatkan kadar Cl2 sebesar 2,556 g/L.
2.3  Percobaan ke-4 Penetapan Kadar Clor Aktif dari Larutan Kaporit (CaOCl2)
2.3.1        Maksud dan Tujuan
Untuk menetapkan kadar clor aktif dari larutan kaporit (CaOCl2)
2.3.2        Alat dan Bahan
Alat :
·         Erlenmeyer 250 ml
·         Pipet volume 10 dan 25 ml
·         Labu ukur 100 ml
·         Buret 50 ml
Bahan/pereaksi :
·         Larutan CaOCl2
·         Larutan Na2SO4 0,1000 N
·         Larutan H2SO4 4,0000 N
·         Larutan KI 10%
·         Indikator kanji 0,5%


2.3.3        Cara Kerja
1.      Memipet 10 ml arutan contoh ke dalam labu ukur 100 ml, mengencerkan larutan sampai tanda batas.
2.      Memasukkan larutan tiosulfat 0,1000 N sampai memimpit digaris nol.
3.      Memipet 25 ml larutan ke dalam erlenmeyer, mengasamkannya dengan 10ml larutan H2SO4 4,0000 N, kemudian memasukkan 10 ml KI 10% ke dalamnya.
4.      Menitrasi larutan dengan larutan tiosulfat 0,1000 N sampai berwarna kuning muda, lalu membubuhi 2-4 tetes indikator kanji 0,5% ke dalam larutan.
5.      Menitrasi larutan sampai larutan tidak berwarna.
2.3.4        Data Percobaan
Titrasi ke-
Vakhir
Vawal
Vakhir - Vawal
1
8,50 ml
0,00 ml
8,50 ml
2
11,90 ml
3,50 ml
8,40 ml
Rata-rata
 = 8,45 ml

BM Cl2 = 71
BE Cl2 = 71/2 = 35,5
2.3.5        Perhitungan
Kadar Cl2 = Vtio x Ntio x BE Cl2 x P
= 8,45 x 0,1000 x 35,5 x  x
= 8,45 x 3,55 x 400
= 11999 mg/L
= 11,99 g/L
Kadar Cl2 (%) =  x 100%
= 1,199% ~ 1,2%
2.3.6        Kesimpulan
Dari percobaan diatas, didapatkan kadar Cl2 sebesar 11,99 g/L atau 1,199%.
2.4  Percobaan ke-1 penetapan kadar NaBO3.4H2O cara yodometri
2.4.1        Maksud dan Tujuan

Untuk menetapkan kadar NaBO3.4H2O dengan cara yodometri.

2.4.2        Alat dan Bahan
Alat :
·         Erlenmeyer 250 ml
·         Pipet volume 10 dan 25 ml
·         Labu ukur 100 ml
·         Buret 50 ml
Bahan/pereaksi :
·         Larutan Na2SO3 0,1000 N
·         Larutan H2SO4 4,0000 N
·         Larutan KI 10%
·         Indikator kanji 0,5%
·         Indikator ammonium molibdat 4%
2.4.3        Cara Kerja
1.      Memasukkan 10 ml KI 10% dan 10 ml H2SO4 N ke dalam Erlenmeyer.
2.      Menimbang teliti 100 mg contoh NaBO3 lalu memasukkannya ke dalam Erlenmeyer tadi sambil dibilas dengan air suling. Membubuhi 4-5 tetes ammonium molibdat 4%.
3.      Menitar larutan dengan larutan Na2S2O3 0,1000 N hingga menjadi warna kuning muda, lalu ditambahkan 2-3 tetes kani 0,5% hingga terbentuk larutan berwarna biru.
4.      Menitrasi larutan hingga larutan tidak berwarna.

2.4.4        Data Perboaan

Percobaan ke-
I
II
Vakhir
2,50 ml
3,90 ml
Vawal
3.90 ml
5,20 ml
Jumlah
1,40 ml
1,30 ml
Rata-rata
 = 1,35 ml

Perhitungan
Na = 23
O = 18
B = 5
BM NaBO3 = 82
BE NaBO3 = 82/2 = 41
P =  = 10
Kadar NaBO3 =  x 100 %
Kadar NaBO3 =  x 100 %
Kadar NaBO3 = 55,35 %

2.4.5        Kesimpulan
Jadi, dari hasil percobaan didapatkan kadar NaBO3 adalah 55,35 %.


III.                DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan ke-2, praktikan dapat menentukan kadar NaNO2. Dalam dunia pertekstilan NaNO2 berguna sebagai obat pembantu yang diperlukan dalam pewarnaan dengan zat warna indigosol. Zat warna indigosol adalah jenis zat warna Bejana yang larut dalam air. NaNO2 disini sebagai oksidator, maka dari itu percobaan ini disebut sebagai titrasi oksidimetri.

Pada percobaan ke-3, praktikan dapat menentukan kadar clor aktif dari larutan hipoklorit (NaOCl). Dalam dunia pertekstilan, clor berguna untuk memecah molekul organis seperti warna. NaOCl sendiri dalam dunia pertekstilanberguna sebagai zat pengelantang untuk serat selulosa. Sementara ada percobaan ke-4, praktikan dapat menentukan kadar clor aktif juga dari larutan kaporit (CaOCl2). CaOCl2 sendiri dalam dunia pertekstilan bergna sebagai bahan pengeras pada proses pencucian selulosa dan kertas.






























IV.                KESIMPULAN
Dari percobaan ke-2 didapatkan kadar NaOCl sebesar 85,15%. Dari percobaan ke-3 didapatkan kadar Cl2  sebesar 2,556 g/L. Dari percobaan ke-4 didapatkan kadar Cl2 sebesar 11,99 g/L atau 1,199%. Sementara pada percobaan ke-1 didapatkan kadar NaBO3 adalah 55,35 %.








































V.                  DAFTAR PUSTAKA
Penuntun Praktikum  Kimia Umum II Semester II”. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. Bandung.
karim A.dkk. 2001. ILMU KIMIA  Jilid III. Departemen Kesehatan. Jakarta.
Syukri S.  1999. “Kimia Dasar”.ITB.Bandung.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar